Perdebatan di media sosial menunjukkan polarisasi pendapat. Sebagian netizen, seperti yang terlihat dalam postingan di X oleh @theunknownm4n pada 4 April 2025, menyatakan kekecewaan: “I’ve been very sad to see the new trends yang kasih THR tapi sambil joget2 dulu.
Dance itu adalah dance orang-orang Yahudi.” Namun, ada pula yang membela tarian ini sebagai bentuk kreativitas lokal. Seorang pengguna lain berkomentar, “Ini cuma hiburan Lebaran, jangan dibesar-besarkan.”
Beberapa ahli budaya yang diwawancarai media lokal juga menegaskan bahwa kemiripan gerakan tidak serta-merta menunjukkan asal-usul yang sama. Dr. Bambang Suryadi, seorang antropolog dari Universitas Indonesia, mengatakan, “Tarian adalah ekspresi universal.
Gerakan sederhana seperti langkah samping atau lompatan ada di banyak budaya. Menghubungkan Tarian Bagi-Bagi THR dengan Yahudi tanpa bukti kuat adalah lompatan logika yang berlebihan.”
- Nuansa Sunda Warnai Pernikahan Putra Gubernur Jabar dengan Putri Kapolda Metro Jaya di Garut
- Kejari Kuningan Tetapkan 2 Tersangka Dugaan Korupsi Rp4,6 Miliar di Bank BUMN
- Satresnarkoba Polres Garut Bekuk Pengedar Sabu yang Gunakan Sistem “Mapping”
- 5 Tempat Camping Murah dan Asri di Sekitar Bandung
- 1.197 Mahasiswa Uniku Ikuti Pembekalan KKN, Ini Tujuannya
Kesimpulan: Hoaks atau Salah Paham?
Berdasarkan cek fakta, klaim bahwa Tarian Bagi-Bagi THR Lebaran 2025 yang viral merupakan tarian orang Yahudi tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Meski ada kemiripan gerakan dengan tarian Hora, tidak ada bukti bahwa tarian ini diadaptasi langsung dari tradisi Yahudi.
Tren ini lebih mungkin merupakan hasil kreativitas spontan pengguna media sosial di Indonesia yang ingin memeriahkan suasana Lebaran, dipadukan dengan elemen lokal seperti pembagian THR.